Manasik Umroh

Khusus Jama'ah Akhir Ramadhan di Makkah

Manasik Umroh

Khusus Jama'ah Akhir Ramadhan di Madinah

Rabu, 09 Januari 2013

BIAYA UMROH TERBARU GSM

BIAYA UMROH TERBARU GSM PER 5 JANUARI 2013



PUSAT INFORMASI
Rizki Wahyu 
HP:/WhatsApp +6281281573992
pin:25AA5CB3
Email: gshafamarwa@gmail.com


Rabu, 19 Desember 2012

Kusmayanto Kadiman, Mental dan Kesabaran Saya Diuji

Bagi Kusmayanto Kadiman, Rektor ITB, pergi ke Tanah Suci merupakan pengalaman yang mendebarkan. Sebelumnya, ia mengaku hanya bisa membayangkan bagaimana keadaan di Tanah Suci Makkah. Namun, setelah merasakan sendiri berdiri di depan Ka’bah, ia tidak bisa mengatakan apa-apa selain berucap syukur ke hadiratNya. ”Saya gemetar, merinding, segala rasa bercampur aduk. Sebelumnya saya hanya membayangkan saja. Tetapi ketika sudah berada di depannya, air mata mengalir sendiri, tidak bisa dihentikan,” ungkapnya, ketika ditemui Republika beberapa waktu lalu. Kusmayanto yang pergi ke Tanah Suci tahun 1997 bersama istrinya itu mengaku, ada perasaan hangat ketika menyentuh dinding Ka’bah. Ia benar-benar merasa berada di hadapan Allah SWT. Sehingga, pengalaman itu menjadi sebuah pengalaman yang tidak akan pernah bisa dilupakan. Pengalaman lain yang terus melekat dalam ingatannya sampai saat ini adalah, ketika diberi mandat untuk menjadi kepala rombongan. Sebab, menggalang massa ternyata memberi suatu pelajaran yang sangat berharga, yaitu tentang kesabaran dan tawaqal. ”Kalau kepala rombongan itu lebih banyak memimpin masalah ritual saja, tetapi ketika itu saya sekaligus mengendalikan manajemen krisisnya. Dan saya tahu kalau saya memiliki kemampuan dalam bidang itu,” ungkapnya. Namun demikian, kata Kusmayanto, pekerjaan itu ternyata tidak mudah baginya. Sebab memimpin rombongan haji jauh berbeda dengan memimpin mahasiswa, atau lingkungan perguruan tinggi (PT). Sebagai pimpinan di PT, Kusmayanto berhak untuk memberikan perintah kepada anak buahnya. Jika perintahnya tidak dilaksanakan, ia berhak memberikan sanksi. Namun, dalam lingkungan jamaah haji, hal itu jelas tidak mungkin dilakukan. ”Di sini mental dan kesabaran saya benar-benar ditempa dan diuji. Saya harus memberikan pengertian kepada mereka untuk melakukan sesuatu yang saya suruh. Itu pun ternyata tidak gampang,” ungkapnya. Ayah dari tiga orang anak ini mencontohkan, ketika kendaraan yang ditumpangi terjebak kemacetan misalnya. Ia pun berinisiatif meminta agar rombongannya berjalan kaki menuju tempat tujuan. Tapi apa akibatnya? Respon keras pun berdatangan dari anggota rombongan. Bahkan tidak sedikit yang emosi. menghadapi keadaan seperti itu, Kusmayanto mencoba tetap sabar dan memberi pengertian. ”Saya bilang, kalau kita tetap disini, enam jam pun belum tentu sampai. Tetapi kalau kita berjalan, Insya Allah 45 menit bisa sampai tujuan,” kenangnya. Terlebih lagi, di antara anggota rombongannya terdapat beberapa jamaah yang sudah berusia tua dan tidak sanggup lagi berjalan. Oleh karena itu, Kusmayanto meminta bantuan teman-temannya yang berbadan sehat untuk membantunya.”Dengan cara seperti itu membuat rombongan kami tidak terjebak macet, dan lebih cepat sampai tujuan. Itulah buahnya kesabaran.” Selain harus sabar dan tawakal, menjadi ketua rombongan juga membuat Kusmayanto tidak dapat menajalankan ritual haji sebanyak jamaah lainnya. Sebab, ada saja yang harus deikerjakannya. Bahkan ia harus bolak-balik ke rumah sakit mengantar salah satu anggotanya yang melakukan cuci darah. Meskipun demikian, lagi-lagi Kusmayanto memetik satu pelajaran cukup berharga tentang kesabaran dan tawakal dalam melayani umat Allah di Tanah Suci. Beberapa tahun sesudahnya, Kusmayanto kembali mengunjungi Ka’bah untuk umrah, bersama keluarga dan besannya. Pejalanan kali ini, dilakukan untuk menikahkan anak keduanya, Tantri, dengan pemuda pilihannya di Tanah Suci. ”Pernikahan di Tanah Suci itu, merupakan keinginan mereka, saya sebagai ayah ya tentu merasa bangga. Apalagi umumnya, pernikahan itu sudah dianggap sebagai budaya yang harus diselenggarakan secara mewah, tapi tidak bagi mereka ”katanya. Bagi Kusmayanto, pernikahan di Tanah Suci yang berlangsung sederhana itu , diharapkan bisa menjadi contoh bagi sebagian orang di Indonesia yang cenderung suka bermewah-mewah dalam nelaksanakan hajatnya. Selain makna pernikahannya tetap terjaga, pemborosan uang untuk pesta pora bisa diminimalisir. Selain melaksanakan upacara pernikahan, acara yang berlangsung bulan November 2003 itu, kedua keluarga juga melangsungkan umrah, dan pulang setelah sembilan hari kemudian. ”Anakku itu bilang, dari pada mewah-mewah, lebih baik uangnya digunakan untuk hal lain saja. Selain untuk umrah, mereka ingin agar sebagian uangnya dipergunakan untuk pembayaran DP rumah mereka yang baru,”tambah Kusmayanto sambil menambahkan, untuk bulan madu, pasangan itu memilih mengelilingi tempat-tempat bersejarah baik di Tanah Suci maupun Tanah Air. Kepada Republika Kusmayanto mengungkapkan keinginannya untuk kembali pergi ke Tanah Suci tahun 2006 mendatang, bersamaan dengan masa akhir jabatannya sebagai Rektor ITB ,”Kepergian saya ke Tanah Suci tahun 2006 itu sebagai wujud syukur saya setelah meletakkan jabatan sebagai Rektor ITB. Saat itu saya akan sujud syukur kepada Allah,” katanya sambil tersenyum.mth/dokrep/Januari 2004

Selasa, 18 Desember 2012

LATIHAN JALAN KAKI

Ibadah haji membutuhkan aktifitas fisik yang lebih banyak dibandingkan dengan ibadah lainnya. Rangkaian ibadah haji banyak dilakukan dengan berjalan kaki. Ke masjid, tawaf, sa’i, ke tempat-tempat ziarah, melempar jumrah, dan kegiatan lainnya dilakukan dengan jalan kaki. Untuk mempersiapkan aktifitas fisik yang berat selama berhaji nanti, jauh hari menjelang pemberangkatan calon jamaah haji hendaknya sudah memulai latihan fisik. Latihan fisik bisa dilakukan dengan berjalan kaki atau lari-lari kecil sehabis Shalat Subuh. Tak perlu jauh-jauh. Cukup 2-3 kilometer saja. Latihan jalan kaki ini nantinya akan sangat membantu jamaah menjalankan ibadah di Tanah Suci. Dengan rajin latihan fisik, tubuh tidak kaget ketika nanti harus banyak berjalan kaki. Hari-hari di Madinah dan Makkah penuh dengan kegiatan fisik. Untuk ke Masjid Nabawi di Madinah jarak yang ahrus ditempuh dari penginapan bervariasi antara 100 meter hingga 2 kilometer. Hotel-hotel jamaah ONH plus hanya sekitar 100 meter dari masjid. Sedangkan untuk jamaah biasa lebih dari satu kilometer. Anggaplah jarak dari penginapan ke masjid 1.000 meter. Jadi untuk ke masjid pulang pergi 2.000 meter. Sehari berapa kali ke masjid? Anggaplah dua kali (Subuh dan Zuhur sampai Isya). Jadi paling tidak jamaah harus berjalan 4.000 meter atau 4 km. Ini belum termasuk aktifitas jalan-jalan, belanja, dan berjalan dari pelataran masjid sampai ke dalam. Aktivitas belanja atau jalan-jalan sering tak terhitung berapa kali sehari. Sekeliling Masjid Nabawi dipenuhi dengan pertokoan yang menjual aneka macam barang. Biasanya sebelum berangkat atau pulang dari masjid jamaah memanfaatkan waktu untuk ‘tawaf’ di pertokoan itu. Berangkat ke masjid di waktu subuh juga membutuhkan fisik prima. Biasanya jamaah sudah mulai berangkat ke masjid pukul 04.30. Saat itu udara Madinah berada di titik paling rendah. Selain dingin angin juga bertiup kencang. Jamaah juga perlu fisik kuat untuk wisata ziarah. Banyak tempat menarik di Madinah dan Makkah yang hanya bisa dicapai dengan fisik kuat. Misalnya ke Bukit Uhud, keliling kebun kurma, Guwa Hira, dan sebagainya. Disarankan agar jamaah selalu beristirahat dan tidur cukup selama di Tanah Suci. Kurangi aktifitas tak perlu seperti ‘tawaf’ di pertokoan. Sering pula terjadi jamaah mati-matian mengejar ibadah arbain (shalat 40 waktu tak terputus di Masjid Nabawi). Akibat ibadah terus-menerus jamaah kelelahan dan jatuh sakit. Di Makkah kesiapan fisik jamaah lebih dituntut lagi. Jarak penginapan ke masjid rata-rata lebih jauh. Suasana Makkah yang lebih padat juga menguras tenaga jamaah. Untuk bisa mendapat tempat dekat Ka’bah membutuhkan perjuangan yang cukup besar. Ratusan ribu orang berdesak-desakan. Untuk keluar masjid pun bukan perkara yang gampang. Antre di pintu keluar bisa sampai satu jam. Untuk jamaah yang tinggal di Aziziyah Makkah, mereka mendapat fasilitas gratis bus menuju Masjidil Haram. Tapi jangan bayangkan bus itu seperti di Jakarta. Dibutuhkan tenaga sangat ekstra untuk naik, karena jamaah Indonesia harus rebutan dengan jamaah dari negara lain. Bayangkan saja, satu bus diperebutkan ratusan orang. Postur tubuh jamaah Indonesia yang mungil selalu kalah berebut dengan jamaah asal Mesir, Afrika, Iran dan lainnya yang bertubuh tinggi besar. Ada jamaah yang memilih jalan kaki, tapi jaraknya sangat jauh, lebih dari lima kilometer. Jalan yang dilalui terdiri dari terowongan dan taman-taman, tapi tetap saja sangat melelahkan. Tawaf dan sa’i jika dalam kondisi cukup lengang, bisa selesai 15 menit saja. Tapi jika padat, dua jam belum tentu selesai. Masalahnya pelataran Ka’bah hampir mustahil lengang pada musim haji. Pagi, sore, siang, malam jamaah berjubel untuk tawaf. Aktifitas fisik bertambah di Arafah dan Mina. Perjalanan ke Arafah dan kembali ke Mina, baik naik bis atau berjalan kaki, sama-sama membutuhkan energi besar. Padahal prosesi ini tak boleh ditinggalkan dan digantikan. Makanya jamaah yang sedang dirawat pun harus dibawa ke Arafah dengan safari wukuf. Puncak aktifitas fisik adalah saat melontar jumrah. Jutaan orang akan melontar jumrah rentang waktu yang sama. Dibutuhkan fisik yang benar-benar fit untuk menjalaninya. Padahal biasanya, saat inilah kondisi fisik jamaah sudah sangat menurun. Selain latihan jalan, istirahat, dan tidur cukup, jamaah disarankan untuk makan bergizi teratur agar fisik tetep oke. Selain itu obat-obatan dan makanan suplemen bisa membantu menjaga tubuh tetap bugar. sbt/dokrep (REPUBLIKA Tips Bugar -Latihan jalan sebelum berangkat -Kurangi kegiatan yang tak perlu -Istirahat dan tidur cukup -Makan bergizi dan teratur -Sedia obat-obatan [center]INFORMASI LENGKAP RIzki Wahyu HP: +62812 8157 3992/ 021-91326290, pin:25AA5CB3 Email: gshafamarwa@gmail.com Twitter: @rizq_StIskandar Facebook: ptgemashafamarwa http://travelgsm.blogspot.com[/center]

Kamis, 13 Desember 2012

Menyiasati Air Minum Selama di Tanah Suci


Di mana pun di Arab Saudi, air keran tidak aman untuk diminum. Air tersebut mengandung payau yang berasal dari lubang-lubang hasil pengeboran dan dibawa ke hotel-hotel dengan tangki-tangki. Air itu disimpan dalam sebuah tangki yang besar di atas hotel.
Di Arab Saudi, air minum harus dibeli dalam bentuk air kemasan dalam botol. Namun, bagaimanapun, air Zamzam tersedia gratis di Makkah dan di Madinah. Ini merupakan kesempatan bagi kita untuk meminum air Zamzam yang sangat bermanfaat itu sebanyak mungkin.
Jeriken-jeriken plastik dapat dengan mudah didapat serta bisa diisi dengan air Zamzam dan dibawa ke kamar. Teh dan kopi juga dapat dibuat menggunakan air Zamzam.
Air Zamzam hanya untuk minum (bukan untuk keperluan lainnya). Jangan membuat minuman teh atau kopi dengan menggunakan air Zamzam. Hal ini untuk menghormati air Zamzam.
Karena kondisi cuaca yang panas, penting bagi jemaah untuk banyak meminum air. Selama kondisi panas, pelepasan urine berkurang. Tubuh menghemat air sehingga urine (air seni)menjadi pekat. Tidaklah baik melepaskan urine yang terlalu pekat. Minumlah cukup banyak air sehingga urine menjadi jernih. Melepaskan urine yang jemih mengindikasikan hidrasi yang baik.
Es yang tersedia kadang kala tidak berkualitas baik. Orang-orang yang sembrono membuat es dari air payau atau dari campuran air payau dengan air minum untuk menghemat biaya. Hal ini dapat menyebabkan air payau mengontaminasi air minum dalam kemasan atau air Zamzam.
Meminum air payau dapat mengakibatkan sakit tenggorokan, keram perut, dan batuk. Hal ini diakibatkan iritasi pada tenggorokan. Jemaah sering meminum antibiotik karena menyangka sakit tenggorokannya disebabkan oleh infeksi.
Sebaiknya anda meminum air Zamzam langsung dari sumurnya di Haram al Syarif atau mengambilnya dari keran-keran yang tersedia di luar Haram al Syarif dan menampungnya dalam wadah-wadah air.
Air Zamzam yang tersedia di wadah-wadah penampungan di Haram al Syarif didinginkan di ruangan pendingin. Air Zamzam di sana tidak dicampur dengan es.
Di kelompok penampung air Zamzam terdapat satu penampungan yang tidak didinginkan. Tulisan Arab pada penampung mengindikasikan mana penampung air Zamzam yang tidak didinginkan. Jemaah yang tidak menginginkan air Zamzam dingin dapat mengambil air Zamzam dari penampung tersebut
(republika/ taufik rachman/ hannan putra)

PROGRAM HAJI PLUS KUOTA 2017 BERSAMA KH DR MUSLIH ABDUL KARIM MA


PROGRAM HAJI PLUS 2017




BIAYA PAKET HAJI PLUS
·  Satu kamar berempat USD 7500
·  Satu kamar bertiga USD 8000
·  Satu Kamar berdua USD 8500

# Catatan: Harga dan program sewaktu-waktu dapat berubah dengan/tanpa pemberitahuan

AKOMODASI HOTEL
·  Mekkah: Royal Darul Iman/setaraf bintang 5 atau 4
·  Madinah: Royal Andalus/Setaraf bintang 5 atau 4
·  Jeddah: Mercure Hotel/Setaraf bintang 5 atau 4
·  Arofah/Mina: Tenda Ber AC

JANGKA WAKTU  PELAKSANAAN
Sekitar 26 hari

BIAYA SUDAH TERMASUK
1. Biaya Haji Khusus Depag
2. Pembimbing berpengalaman
3. Bimbingan manasik haji
4. Tiket pesawat Jakarta – Jeddah – Jakarta
5. Akomodasi selama ibadah haji
6. Makan 3x sehari
7. Transportasi bus AC
8. Souvenir dan perlengkapan haji
9. Buku tuntunan ibadah haji
10. sepuluh liter air Zam-Zam

BIAYA BELUM TERMASUK
1. Pengeluaran pribadi
2. Kelebihan bagasi
3. Biaya yang dikeluarkan jama’ah akibat perubahan karena permintaan pribadi
4. Dam dan Qurban
5. Medical Check up

CARA PEMBAYARAN
1. Pembayaran pertama:
·  DP sebesar USD 500
·  Pendaftaran BPIH sebesar USD 4000

2. Pelunasan: sebesar USD 3000 dilakukan pada tahun keberangkatan (tahun 2017) setelah mendapatkan kepastian pemberangkatan dari Kemenag RI
Pembayaran ditujukan ke rekening bank PT Gema Shafa Marwa, sbb: 
Rupiah (IDR)

1. Bank Mandiri No 1290003152127
2. Bank Muamalat Indonesia No 3010126410
3. Bank Syariah Mandiri No 0390013778 

Dollar (USD)
1. Bank Muamalat Indonesia No 3010011451
2. Bank Syariah Mandiri No 0390018047

DOKUMEN YANG DIPERLUKAN UNTUK PENGURUSAN BPIH
1. Copy KTP 
2. Copy Passport (bila sudah memiliki)
3. Copy Kartu Keluarga (KK)
4. Copy Surat Nikah
3. Soft copy Foto 4 x 6 sebanyak 1 lembar

Semua dokumen di atas diserahkan setelah pelunasan DP USD 500 dan pelunasan BPIH USD 4000
Bukti BPIH yang telah selesai akan diserahkan pada calon jamaah haji paling cepat 1 (satu) pekan setelah pelunasan BPIH USD 4000 dan setelah semua dokumen diterima lengkap oleh PT Gema Shafa Marwa

ADMINISTRASI  DOKUMEN
Bukti pembayaran DP dan BPIH serta soft copy (asli) dokumen dikirimkan via:
1. Email ke rizki.wahyu83@gmail.com dan di cc ke gsmhajiplus@yahoo.co.id, atau
2. BBM add PIN BB 20ff960d, atau
3. Paket TIKI/JNE ke alamat kantor PT Gema Shafa Marwa d/a RUKO MUTIARA FAZA Jl Condet Raya No 27/RC 2, Gedong, Pasar Rebo, Jakarta Timur attn H Afdal Zikri Wawardi, atau
4. Langsung datang ke lokasi kantor PT Gema Shafa Marwa pada alamat di atas

INFORMASI LENGKAP
Rizki Wahyu
HP: +6281281573992, pin:20ff960d
Email: rizki.wahyu83@gmail.com
Facebook: ptgemashafamarwa


Senin, 10 Desember 2012

CHAERUL UMAM, TERINGAT KISAH NABI


Dimata seorang sutradara, Kabah yang berdiri kokoh di Tanah Suci Makkah, selain memiliki makna tentang sebuah keagungan, mengingatkan kepada cerita-cerita masa lalu, sekaligus mengingatkan tentang sang pencipta.
”Coba bayangkan, bangunan semegah dan sebesar itu ternyata bisa dibangun oleh manusia ribuan tahun yang lalu. Bahkan, kendati tidak masuk dalam catatan keajaiban dunia, sampai sekarang masih utuh dan tegak berdiri di Tanah Suci,” ujar Chaerul Umam, pada Republika, Ahad (18/1) siang.
Chaerul Umam, sutradara yang banyak menelorkan film-film bermutu itu mengatakan, sebelum membuktikan sendiri datang ke Tanah Suci, cerita-cerita tentang kebesaran Nabi Ibrahim bersama Ismail membangun Kabah, hanyalah seperti sebuah dongeng dalam legenda yang sulit dibuktikan kebenarannya.
Namun begitu, bagi orang yang telah melihat sendiri, paparnya, keraguan akan kebenaran cerita-cerita masa lalu tentang Kabah akan buyar seketika. Apalagi bagi orang-orang beriman yang masuk dalam golongan kaum muslimin.
”Melihat kekokohan, serta keagungan bangunan suci itu akhirnya akan menambah keyakinan kita terhadap keagungan Allah SWT, bahwa atas kehendak-Nya lah bangunan tersebut terwujud dan bisa kekal hingga sekarang,”katanya.
Padahal, banyak golongan yang tidak menyukai bangunan suci tesebut, bahkan ingin menghacurkannya. Sejak dari orang-orang kafir, sampai tentara Abrahah yang dikenal dengan pasukan gajahnya. Untuk menyelamatkan bangunan itu dari keganasan Abrahah, Allah menyelamatkan dengan ‘menurunkan’ pasukan burung yang membawa batu dari langit.”Peristiwa itu sebagai contoh, betapa Kabah adalah sebuah tempat yang tidak mudah dihancurkan, apalagi oleh kekafiran. Allah benar-benar melindungi bangunan itu,”tambahnya.
Bagi Chaerul, pergi ke Tanah Suci merupakan sebuah keberuntungan. Ketika pergi haji tahun 1987, ia berangkat bersama ibu dan kakak iparnya. Lebih dari itu, melakukan ibadah haji mampu menambah keimanan serta semangatnya untuk terus berjuang dalam Islam.
Semua ritual haji yang harus dijalani, oleh Chaerul dirasakan tidak ada yang istimewa. Mulai dari sai, thawaf, wukuf di Arafah, melempar jumrah atau menggunting rambut, semua berjalan wajar, dan dilalui begitu saja bersama jutaan jamaah lain yang datang dari berbagai penjuru dunia. ”Hanya ketika melihat Kabah itulah perasaan saya berubah. Bahkan saya sempat neneteskan air mata. Beruntung saya diberi kesempatan oleh Depag untuk pergi ke tanah Suci,”katanya menambahkan.
Munculnya perasaan lain justru ketika sampai di Tanah Air. Setelah berhaji, Chaerul merasa, perasaan dan jiwanya menjadi bersih. Bahkan, melalui dunianya, ia semakin mantab untuk berjuang demi Islam. Sebelumnya, aku Chaerul, ada perasaan ragu-ragu terhadap film-film bertemakan Islam yang dibuatnya. Apakah akan diterima masyarakat, atau tidak.
Ketika sinetron menjadi ‘primadona’ pun, Chaerul Umam tidak akan pernah ragu mengedepankan tema-tema Islami dalam karya-karyanya. Tak mengherankan jika di televisi kita acapkali muncul tema-tema Islami garapan Chaerul, apalagi pada saat menjelang Ramadhan.
Dengan tetap konsisten di jalur sinetron atau film Islami, ternyata tidak membuat seorang Chaerul menjadi sutradara kelas dua. Sebaliknya, justru menjadikan dia lebih dikenal orang. Terlebih lagi, akhir-akhir ini hampir sebagian besar acara televisi kita didominasi tema-tema kekerasan, pronografi serta jauh dari ajaran Islam.
Setiap kali menciptakan film, selalu mendapatkan rating tertinggi. Judul ”Jalan Lain ke Sana” yang ditayangkan SCTV misalnya, merupakan salah satu sinetron tersukses sepanjang tahun 2002. Hal itu membuktikan pula, bahwa masyarakat kita, terutama kalangan Islam benar-benar telah ‘lelah’ serta ‘jenuh’ dengan suguhan tema-tema yang jauh dari ajaran Islam.
Terbukti, sinetron bertajuk Keajaiban Hati, belum selesai dibuat pun, hak siarnya saat ini sudah diperebutkan oleh sejumlah stasiun televisi swasta. Sinetron tadi, rencananya akan ditayangkan untuk bulan Ramadhan yang akan datang. Hal itu sekaligus menandakan, bahwa pasar tema-tema Islam di Indonesia semakin kuat.
Di dunia perfilman kita, nama Chaerul Umam memang sudah tidak asing lagi. Tercatat ada empat film yang jadi box ofice. Diantaranya ‘Al-Kautsar’ (1977). Film ini cukup berarti bagi Indonesia yang saat itu tengah gencar-gencarnya memerangi masuknya budaya barat. Film ini meraih sukses luar biasa.
Selain itu, ada ‘Titian Serambut Dibelah Tujuh’ (1983), ‘Nada dan Dakwah’ yang dibintangi Rhoma Irama dan Zainuddin, MZ. Bersama Imam Tantowi, Chaerul mengerjakan film kolosal dengan judul ‘Fatahillah’ yang juga mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Ia juga melahirkan film komedi ‘Kejarlah Daku Kau Kutangkap’.
Chaerul sendiri dibesarkan di lingkungan Islam. Ayahnya bernama Chairi, dikenal sebagai seorang santri. Ibunya Arifiyah, seorang mubalighah Aisyiyah.”Dulu saya selalu dibawa kemana-mana setiap kali ibu berdakwah,”katanya. (Lukmanul Hakim/jurnalhaji)

Jumat, 07 Desember 2012

Hedi Yunus, Tasbih dan Sandal


Tasbih dan sandal, memang terkesan barang sepele. Namun di Tanah Suci, ketika jutaan orang tengah menunaikan ibadah haji, kedua barang itu merupakan barang yang sangat berarti. Sehingga betapa susahnya jika mereka tidak memiliki kedua barang vital tersebut.
Heidi Yunus, artis yang juga dikenal sebagai presenter, ketika menunaikan ibadah haji tahun 2003 lalu memiliki pengalaman aneh terhadap kedua barang tadi. ”Ketika kita berada di Tanah Suci, tasbih dan sandal merupakan barang yang sangat berharga. Jika kehilangan kedua barang tersebut, rata-rata jamaah haji akan merasa kebingungan. Saya punya pengalaman aneh dengan kedua barang itu,” katanya kepada Republika.
Ketika itu, bersama keluarganya, Heidi bermaksud pergi ke masjid. Namun setelah beberapa meter keluar dari maktab, ternyata lupa membawa tasbih. Semula mereka ingin kembali ke maktab, namun Heidi mengingatkan, daripada repot-repot kembali, lebih baik membeli saja, toh di seputar masjid banyak penjual tasbih.
Benar saja, ketika mendekati masjid, di pinggir jalan banyak dijumpai orang negro berjualan tasbih. Dibelilah dua buah tasbih seharga tiga riyal per buah. Setelah dibayar, ternyata salah satu lantai gentanya lepas dan jatuh ke tanah. Sebenarnya Heidi ingin mengambil, tetapi karena harganya murah, ia malu melakukannya.
Tetapi betapa kagetnya Heidi, selang tiga hari kemudian, ketika sedang tidur-tiduran, saudaranya yang tengah memperbaiki tas menemukan genta tasbih yang jatuh ke tanah itu ada di dalamnya. ”Saya heran dan kaget, genta yang waktu itu jatuh ke tanah, ternyata ketemu ada di dalam tas,” paparnya.
Pengalaman lain yang cukup aneh dirasakan Heidi, menyangkut soal sandal. Ketika melakukan thawaf terakhir di Masjidil Haram, sandal yang semula dipakai mendadak dibawa salah seorang saudaranya. Sementara ia bersama saudaranya yang lain harus pulang melalui pintu lain.
”Dalam keadaan penuh sesak, tidak mungkin kalau saya mencari saudara saya hanya sekedar untuk meminta sandal yang dibawanya. Oleh karena itu, daripada repot-repot lebih baik membeli saja, toh di luar masjid banyak penjual sandal.” Tetapi ketika sampai di luar masjid, Heidi tidak menemukan satu pun penjual sandal. Padahal, selain merasa lelah, perut terasa begitu lapar dan ingin cepat-cepat pulang ke maktab. Sementara udara sangat terik dan jalanan begitu panas, sehingga tidak mungkin berjalan kaki tanpa memakai sandal.
Dalam situasi seperti itu, antara sadar dan tidak, ia berucap: ”Ya Allah, moga-moga ada yang menawari saya sebuah sandal. Saya ingin sekali cepat kembali ke maktab ya Allah.”
Belum sempat Heidi mengusapkan tangan ke wajahnya, tiba-tiba muncul dua orang penjual sandal mendatanginya. Dengan mengucap Alhamdulillah, Heidi membeli sepasang sandal yang dibutuhkan itu. ”Pengalaman-pengalaman itu mendorong saya untuk kembali menunaikan ibadah haji, dan Alhamdulillah melalui haji khusus, tahun ini saya bisa berangkat lagi,” ujar personil Kahitna ini.
Menurut Heidi, ibadah haji merupakan bagian dari ritual agama yang memiliki sebuah keistimewaan. Selain tidak semua orang mampu melaksanakan dengan khusyuk, datang ke Tanah Suci bisa menyaksikan dan merasakan kebesaran Allah.
Begitu menginjakkan kakinya di Tanah Suci, Heidi menyaksikan ribuan orang menangis, termasuk dirinya. Betapa tidak, pemandangan di atas hamparan padang pasir yang luas, di antara bangunan-bangunan, jutaan manusia berbondong-bondong berjalan menuju satu tempat, yakni, Baitullah.
”Sebelum berangkat, saya sudah mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk persiapan mental, tetapi ketika sampai di Tanah Suci, tak urung hati saya bergetar,” paparnya.
Bepergian ke luar negeri bagi Heidi Yunus sebenarnya merupakan hal yang biasa. Tetapi pergi ke Tanah Suci ternyata sangat luar biasa. Karena tidak hanya fisik yang merasakan adanya suatu perubahan. ”Berada di Tanah Suci, jauh berbeda dengan tempat lain, apalagi di tempat itu kita tidak hanya sekedar berwisata, melainkan untuk beribadah kepada Allah,” lanjut Heidi.
Begitu turun dari pesawat di Bandara King Abdul Aziz, Heidi langsung sujud sukur. Air mata yang menitik membuat ia merasa tenang dan makin mantab menjalankan ibadah haji. Dan ketika memasuki Makkah dan Madinah, perasaan Heidi di liputi rasa kekaguman luar biasa. Bahkan bukan itu saja, kekaguman serta ketakjuban terus terbawa pada ritual -ritual haji lainnya.
Rasa itu terbawa sampai ketika wukuf di Arafah, lari-lari kecil dari Sofa ke Marwa, hingga ketika menyaksikan kemegahan fisik dan kemegahan spiritual Masjidil Haram serta lempar jumrah. dan rasa itu, ternyata membuat Heidi tidak bisa menangis.
”Keadaan itu membuat saya berpikir, kenapa tidak bisa menangis lagi seperti jamaah yang lain,” tuturnya. Tetapi ketika ia mengambil sebuah kesimpulan, bahwa kunci ibadah itu berada di lubuk hati yang paling dalam dan tidak perlu diwujudkan dalam tangis, mendadak dirinya menangis. lukmanul hakim/dokrep/Januari 2004

Selasa, 03 Juli 2012

Download Ebook

Download Ebook-ebook yang akan menambah pengetahuan kita dalam menunaikan Ibadah Haji dan Umroh kita

Tempat Bersejarah Makkah dan Madinah
Msteri Di Tanah Suci

Selasa, 26 Juni 2012

Pesona Memandang Kakbah


REPUBLIKA.CO.ID – Rasa haru dan bahagia ketika memandang Ka’bah hanyalah dapat dirasakan bagi mereka yang memiliki hati yang bersih.

Banyak sekali terlihat di antara jamaah haji yang menangis ketika memandang Ka’bah. Mengapakah bisa demikian? Apakah yang kita bayangkan ketika memandangnya?

Pada saat Ka’bah telah tampak di depan mata, hendaknya kita menghadirkan keagungan Rumah Allah tersebut dalam hati kita. Banyak ulama yang mengatakan, ketika memandang Ka’bah hendaklah membayangkan seolah-olah sedang memandang Sang Pemilik Ka’bah itu sendiri, yaitu Allah SWT.

Ketika memandang Ka’bah dan membayangkan Sang Pemilik Ka’bah, hendaklah berharap semoga di Akhirat kelak mendapatkan anugerah untuk memandang wajah Allah SWT.

Kesempatan memandang wajah Allah di surga kelak adalah suatu kesempatan dan anugerah tertinggi bagi seorang mukmin. Kesempatan agung tersebut jauh lebih tinggi dari segala kenikmatan yang ada di surga. Tidak semua orang yang bisa mendapatkan kesempatan tersebut.

Ketika melihatnya, hendaklah memperbanyak doa. Diperbolehkan berdoa menurut apa yang disukai. Dalam sunah, doa yang masyhur dibaca ketika memandang Ka’bah adalah: “Allahumma zid hazal baita tasyrifan wata’zzuman wataknman wamahabatan wazid man syarrafahu wa azzamahu wa karramahu mimman hajjahu awi’tamarahu tasyrifan wa ta’ziman wa takman wabirran.”

Artinya, “Ya Allah tambahkanlah kemuliaan, keagungan, kehormatan dan kehebatan pada Baitullah ini dan tambahkanlah pada orang-orang yang memuliakannya dan mengagungkannya dari orang-orang yang berhaji dan umrah kemuliaan, kebesaran, kehormatan dan kebaikan.”

Ketika berdoa, hendaklah mencari posisi Multazam, yaitu posisi antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah. Sebagaimana diriwayatkan dari banyak hadis, Multazam adalah salah satu tempat yang mustajabah (dijamin terkabulnya doa) bagi orang yang berdoa di sana.

Selanjutnya, bersyukurlah kepada Allah SWT atas karunia-Nya yang telah memberikan kesempatan untuk mengunjungi rumah-Nya. Banyak sekali orang yang merindukan untuk berangkat haji, namun belum juga kesampaian. Begitu juga orang yang hidup bergelimang harta, namun belum juga terpanggil hatinya untuk menunaikan haji.

Selasa, 12 Juni 2012

AGAR TETAP FIT SELAMA MENUNAIKAN IBADAH HAJI


REPUBLIKA.CO.ID – Kesehatan penting bagi siapa pun, tidak terkecuali juga bagi calon jamaah haji yang hendak berangkat ke Tanah Suci Makkah. Faktor kesehatan penting untuk diketahui karena dalam menunaikan rukun haji, diperlukan kondisi tubuh yang prima.

Meskipun kondisi tubuh sangat dipengaruhi oleh faktor usia, bukan berarti calon jamaah berusia muda kondisi fisiknya lebih baik dibanding yang berusia lanjut.

Ada beberapa hal yang bisa anda persiapkan di Tanah Air yang diharapkan bisa membantu meningkatkan vitalitas kesehatan anda saat berada di Tanah Suci. Hal-hal yang disebutkan berikut ini memang terkesan klise saat dibaca, namun dijamin anda akan merasakan manfaatnya.

Pertama, sebelum berangkat ke Tanah Suci, persiapkan kesehatan anda dengan berolahraga yang cukup. Olahraga yang sangat disarankan untuk dilakukan pada tahap persiapan ini, adalah olahraga lari. Kenapa lari? Karena dengan berlari, kaki anda akan terbiasa dengan tata cara beribadah yang akan dijalani di Tanah Suci yang sebagian besar dilakukan dengan berjalan kaki.

Bagi yang sudah terbiasa dengan berlari, itu tidak akan bermasalah bagi calon jamaah. Tapi bagi yang tidak, sebaiknya dari sekarang anda disarankan untuk membiasakannya. Jika perlu, anda berlatih hingga mencapai jarak yang cukup jauh.

Idealnya, kaki anda harus dibiasakan untuk berlari hingga mencapai jarak minimal tujuh kilometer. Jarak tersebut memang cukup jauh. Tapi, dengan berlatih teratur, jarak tersebut akan bisa dilakukan dan bahkan mampu dilampaui.

Tidak perlu setiap hari berlari saat anda menyiapkan kondisi fisik ini, cukup sepekan sekali saja jika memang anda merasa tidak cukup siap untuk melakukannya. Dengan persiapan yang cukup itu, anda tidak perlu khawatir akan kerepotan ketika harus berjalan kaki dengan jarak yang jauh saat melaksanakan ibadah haji. Perlu diingat, selama masa persiapan itu, anda juga tidak perlu dibebani dengan target harus berlari sejauh mungkin. Cukup semampu yang anda bisa saja.

Selain membiasakan berlari, tips lain yang juga harus dilakukan dan dibiasakan adalah mengurangi kegiatan yang tidak penting. Biasanya, kegiatan yang dilakukan—apa pun jenisnya—akan menguras energi dan tenaga. Karenanya, disarankan untuk menguranginya sebelum berangkat ke Tanah Suci.

Tips ketiga yang juga bisa anda lakukan dalam rangka menyiapkan fisik prima di Tanah Suci adalah dengan menyeleksi asupan makanan ke tubuh anda. Seperti diketahui, asupan makanan yang disarankan untuk menambah vitalitas tubuh adalah makanan bergizi. Latihan fisik bisa menjadi percuma jika anda tidak juga menyeleksi makanan yang boleh dan tidak masuk ke tubuh anda. Artinya, antara mengkonsumsi makanan bergizi dan menyeleksi makanan yang tidak layak secara kesehatan, dalam persiapan ini menjadi hal yang bersinergi.

Selama anda membiasakan diri dengan pola makan yang benar dan sehat, anda juga tidak boleh melupakan waktu istirahat yang anda dikelola secara benar. Jangan sampai karena terlalu sibuk berolahraga, menyiapkan makanan yang diinginkan, anda ternyata melupakan waktu istirahat anda. Usahakan untuk tetap menjaga waktu tidur yang cukup. Jika memang anda sudah kecapaian setelah berlari, tidak ada
salahnya anda mengistirahatkan badan anda sejenak.

Tips berikutnya adalah dengan menyiapkan obat-obatan pribadi anda yang biasa dikonsumsi. Seringan apa pun penyakit yang anda derita, alangkah baiknya jika obatnya sudah dipersiapkan sejak dari sebelum berangkat. Dengan cara seperti itu, anda yang sudah kelelahan saat beribadah, tidak akan kesulitan mencari obat pada saat sangat dibutuhkan.

Meski demikian, walau tips terakhir ini ditujukan bagi calon jamaah yang memiliki riwayat penyakit khusus, calon jamaah lain yang tidak memiliki ciri tersebut tidak ada salahnya menjalankan tips ini. Caranya tentu saja dengan menyiapkan obatan-obatan yang dianggap akan membantu saat sedang dibutuhkan. Contohnya, obat maag, sakit kepala, dan sebagainya.

Sumber: (Republika)